Radinal Aidin

Blognya Poetra Pangkep

Blognya Anak Pangkep

Ganrang Bulo Riganrangku


Ganrang Bulo, atau bahasa okkotsnya Ganrang Bulo (permainan khas anak-anak bugis makassar) merupakan kesenian rakyat asli Makassar yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis nan kocak. Bagi para senimannya, panggung menjadi tempat berkisah mengenai masalah hidup mereka sehari-hari. Tak jarang kisah-kisah humor mereka bawakan, diselingi dengan celetukan-celetukan kritis dan gerak tubuh yang membuat penonton tertawa lepas. Sasaran guyonan mereka pun tak pandang bulu, mulai dari pejabat pemerintah, tentara, dokter, sampai kepala desanya. Demikian juga tema-tema yang diangkat mulai dari politik hingga berbagai peristiwa yang mereka alami sehari-hari.
Sanggar Batara Maru'
Gandrang Bulo menjadi tempat mengeluarkan unek-unek, merespon kondisi sosial di sekitarnya. Sebagian besar seniman Gandrang Bulo berasal dari masyarakat pinggiran yang acapkali menghadapi kesulitan-kesulitan saat berhadapan dengan para pejabat seperti kepala desa, tentara, dokter atau oknum-oknum pemerintah yang tak menghiraukan mereka. Merasa tak berdaya mereka tak menyikapi langsung dalam kehidupan nyata, tapi dengan cerdas menampilkannya di atas panggung.


Contoh Lakon : Dotto-dottoro' (dokter-dokteran)
Seseorang yang berpakaian dokter nampak bercakap-cakap dengan pasiennya, yang sayangnya sang pasien tak memahami bahasa si dokter. Lalu datanglah si mantri menjadi penerjemah. Celakanya si mantri kampung itu justru memanfaatkan kebodohan sang pasien. Ketika sang dokter, dengan bahasa asing pula, meminta bayaran, sang mantri menyampaikan kepada sang pasien dengan harga dua kali lipat. Sang pasienpun manggut-manggut lalu menyodorkan beberapa lembar uang sambil menggerutu: “alle dokttoro pallabusu doi!”, ambillah dokter pengeruk uang, katanya. Si dokter lantas mengeluarkan perlengkapan medisnya, sebuah alat suntik dan alat bedah. Namun, yang tak lazim, ternyata alat bedahnya sebuah gergaji dan tang runcing serta alat suntiknya dari semprot serangga. Si pasien pun melihat kaget, terbelalak, dan pingsan!
Ya, suara kaum pinggiran, mungkin itu yang hendak ditandaskan para seniman Gandrang Bulo ini. Masyarakat pinggiran yang ternyata memiliki cara sendiri dalam merespon berbagai tekanan sosial dan struktural yang menimpanya. Lewat Gandrang Bulo, mereka secara stiris menertawakan kehidupan dan menggugat persoalan dalam rupa humor yang menghibur.
Pada awalnya Gandrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring waktu tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan, namun begitu oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian pertunjukan Gandrang Bulo.
Perubahan Gandrang Bulo untuk merespon dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Sekitar 1942, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung. Gandrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gandrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Kreasi baru itu dikomandani oleh Dg Nyangka, seniman asal Bontonompo, Gowa. Mulai saat itu Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial. Gandrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik.
Namun begitu, meski diterpa berbagai perubahan, toh Gandrang Bulo Ilolo Gading maupun Gandrang Bulo 1942 ini tak pernah kehilangan tempat. Grup-grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Akhirnya, Gandrang Bulo menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari. 

Lirik lagu Tari Ganrang Bulo
Ri pantarang ma.. enja'
nanu pongori illa
nu ta' lobo-lobo ta' lobo-lobo
sallayya' ni panggalla ma dendee...

sanging karaeng ma'.. mempo..
sanging daeng ma' jaja...
di tabe' karaeng.. tabe' kareng..
na ma' kelongi anta ma' dendee...

nia' ma' annee.. ri bioonta'...
engko ma' ri paralluta ri dendang..
engko ma' ri paralluta ri dendang...
elele.... unte'.. baji' kaana...
ala ni ma polo aja ri dendang...
ala ni ma polo aja ri dendang...

Battuu rate ma ri buulang...
ma' rencong-rencong.. ma' rencong-rencong....
na ku ta'nang ri bintoooeng.....
ala makayya na ma' dendang aule...
bunting lampo jako saallang
punna tena malla' doang' (dunk-dunk2X dunk)
bue para mata binkunna'(dunk-dunk2X dunk)

Cucu' ra'na jii ma' loompo...
ma' rencong-rencong.. ma' rencong-rencong....
ilana malla' mallii..no....
boosi.. sarrona yasi dendang aule....
punna lliang tompo baangkeng'
punna te a malla' dosa..(dunk-dunk2X dunk)
bue para mata bingkunna..(dunk-dunk2X dunk)

ala dendang dendang ikatte... passikollayya'
ala dendang dendang lillalle tapi ambakku na ni ta' do'do'
masukke nawa-nawa ta nia ta' do'do'

ala dendang dendang ri boya.. baji' rii booya..
ala dendang dendang I yawa baji ri rawa ri miccui na ia mintu'
panna la'be na ruginna ma ji ta' do'do'

ala dendang dendang manna mo.. na nana'a.. jae'
ala dendang dendang mattotor rantau bali matta na' ia'
punna tena sikolanna mae ta' do'do'

Perpaduan antara profesional dan anak-anak menjadi daya tarik dalam paduan pertunjukkan musik dan tari “Gandrang Bulo” membuat penonton yang memenuhi gedung pertunjukan paling magis di Moskow memberikan applause dengan tepuk tangan panjang
Penampilan anak anak itu menjadi pertunjukkan utama dalam rangkaian penampilan Budaya Sulawesi Selatan di Rusia yang digelar di Yauza Palace yang didirikan tahun 1912, ujar Councellor Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Moskow, M Aji Surya, kepada Antara London, Selasa.
Gandrang Bulo yang merupakan permainan anak-anak di Makasar dan sekitarnya menjadi atraksi yang menarik karena dimainkan puluhan anak kecil yang terlahir di luar negeri dan diiringi pemain musik professional dari Sulsel.
Baju biru, kain sarung sutra dan topi merah menjulang menghiasi anak-anak di bawah 10 tahun yang dengan “pede” nya menyanyi lagu daerah dan menari dengan riang di atas panggung sambil memukul dua bambu pendek yang dibawanya.
Dalam penampilan itu empat pemain kendang dimainkan oleh para professional berfungsi sebagai bas bagi alunan bambu yang membuat suasana yang lebih lengkap. Seolah-olah suara gemertik bambu-bambu itu merupakan petikan gitar yang mengiringi gerak dan suara nyaring mereka.
Sajian selama tujuh menit oleh siswa-siswa kelas satu hingga tiga Sekolah Dasar Sekolah Indonesia Moskow (SIM) itu membuat ratusan penonton girang dan ikut menggoyangkan kaki mereka.
Dan adegan pertunjukan Gandrang Bulo berakhir dengan tertinggalnya salah seorang dari para penari tersebut di atas panggung.
Anak tersebut seolah keasyikan menari sehingga tidak sadar teman-temannya telah pulang ke rumah. “Tidak ada yang lebih lucu dalam hidup ini kecuali anak-anak. Saya suka tarian mereka,” ujar salah seorang penonton.
Menurut Ketua Tim Kesenian Sulsel, Pancawati Baso Mappa, Gandrang Bulo merupakan salah satu andalan dalam pagelaran budaya di empat kota Rusia, selain rabbana jepeng, prosesi adat appasiori waju, dan simponi kecapi. “Permainan anak ini selain terus dilestarikan karena memang unik dan memiliki daya pikat bagi masyarakat asing,” ujarnya.

Sumber : http://www.yaszero.com/2011/06/tari-ganrang-bulo-khas-makassar.html
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Budaya dengan judul Ganrang Bulo Riganrangku. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://radinalaidin.blogspot.com/2012/04/ganrang-bulo-riganrangku.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Kamis, 05 April 2012

Belum ada komentar untuk "Ganrang Bulo Riganrangku"

Posting Komentar